Selasa, 22 Mei 2012

JENDERAL NASUTION


BIOGRAFI Jenderal Nasution


Masa jabatan
1966 – 1967
Presiden Soekarno
Didahului oleh Chaerul Saleh
Masa jabatan
1967 – 1972
Presiden Soeharto
Digantikan oleh Idham Chalid
Menteri Pertahanan Republik Indonesia ke-12
Masa jabatan
10 Juli 1959 – 22 Februari 1966
Presiden Soekarno
Didahului oleh Djoeanda Kartawidjaja
Digantikan oleh Sarbini
Informasi pribadi
Lahir 3 Desember 1918
 Kotanopan, Mandailing Natal, Sumatera Utara, Hindia Belanda
Meninggal 5 September 2000 (umur 81)
 Jakarta, Indonesia
Kebangsaan Indonesia
Partai politik Non partai
Suami/istri Johanna Sunarti[1]
Anak Hendrianti Saharah, Ade Irma Suryani[1]
Profesi Tentara
Agama Islam




Foto Ahmad Yani Jenderal Gatot Subroto Jenderal Sudirman Jenderal Nasution MikaInkom Foto Jenderal Nasution MikaInkom


Sebagai seorang tokoh militer, Nasution sangat dikenal sebagai ahli perang gerilya. Pak Nas demikian sebutannya dikenal juga sebagai penggagas dwifungsi ABRI. Orde Baru yang ikut didirikannya (walaupun ia hanya sesaat saja berperan di dalamnya) telah menafsirkan konsep dwifungsi itu ke dalam peran ganda militer yang sangat represif dan eksesif. Selain konsep dwifungsi ABRI, ia juga dikenal sebagai peletak dasar perang gerilya. Gagasan perang gerilya dituangkan dalam bukunya yang fenomenal, Fundamentals of Guerrilla Warfare. Selain diterjemahkan ke berbagai bahasa asing, karya itu menjadi buku wajib akademi militer di sejumlah negara, termasuk sekolah elite militer dunia, West Point, Amerika Serikat.

Tahun 1940, ketika Belanda membuka sekolah perwira cadangan bagi pemuda Indonesia, ia ikut mendaftar. Ia kemudian menjadi pembantu letnan di Surabaya. Pada 1942, ia mengalami pertempuran pertamanya saat melawan Jepang di Surabaya. Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, Nasution bersama para pemuda eks-PETA mendirikan Badan Keamanan Rakyat. Pada Maret 1946, ia diangkat menjadi Panglima Divisi III/Priangan. Mei 1946, ia dilantik Presiden Soekarno sebagai Panglima Divisi Siliwangi.
 Pada Februari 1948, ia menjadi Wakil Panglima Besar TNI (orang kedua setelah Jendral Soedirman). Sebulan kemudian jabatan "Wapangsar" dihapus dan ia ditunjuk menjadi Kepala Staf Operasi Markas Besar Angkatan Perang RI. Di penghujung tahun 1949, ia diangkat menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat.

Akibat pertentangan internal di dalam Angkatan Darat maka ia menggalang kekuatan dan melawan pemerintahan yang terkenal dengan peristiwa 17 Oktober 1952. Akibat peristiwa ini Presiden Soekarno mencopotnya dari jabatan KASAD dan menggantinya dengan Bambang Sugeng. Setelah islah akhirnya pada November 1955 ia menjabat kembali posisinya sebagai KASAD. Tidak hanya itu, pada Desember 1955 ia pun diangkat menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia.




Foto Revolusi Indonesia  Saat Itu Menjadi Ajudan Jenderal AH  Nasution MikaInkomFoto NAMARTUA  Jenderal A  H  Nasution MikaInkom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar